Sunday, October 25, 2015

Pengertian, Permasalahan dan Perawatan pada Geriatric

A.   PENGERTIAN GERIATRIC
            Geriatric membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan usia lanjut melingkupi segala permasalahan yang terjadi pada usia lanjut dan bagaimana cara mengatasi atau merawat permasalahan tersebut.
            Pembagian lanjut usia menurut WHO:
a)      Umur pertengahan (middle age), yaitu usia 45 sampai 59 tahun.
b)      Umur lanjut (elderly), yaitu usia 60 sampai 74 tahun.
c)      Umur tua (old), yaitu usia 75 sampai 90 tahun.
d)      Umur sangat tua (very old), yaitu usia diatas 90 tahun.

B.    PERMASALAHAN PADA GERIATRIC
Dilihat dari permasalahan secara umum pada lansia dapat dibedakan menjadi:
1.      Masalah kesehatan geriatric

Status kesehatan dapat mempengaruhi status gizi. Oleh karena itu, masalah kesehatan pada lansia juga dapat mempengaruhi status gizi lansia tersebut. Meliputi penyakit degeneratif yang sering dialami oleh usia lanjut, seperti: penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, penyakit pernafasan, diabetes, kanker dll. Dan juga mengenai kesehatan pada gigi dan mulut yang sering terabaikan oleh para lansia.

Penyakit kardiovaskuler pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko. Ada faktor resiko yang dapat dimodofikasi dan juga ada faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu pola makan, aktifitas, merokok dan konsumsi alkohol. Sedangkan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi yaitu perubahan fisik karena proses menua.

Osteoporosis lebih beresiko terjadi pada lansia yang kurang aktif bergerak. Olahraga sendiri dapat menjaga seorang lansia dari osteoporosis. Selain itu, olahraga dapat melatih kekuatan otot dan persendian lansia sehingga dapat meningkatkan daya mobilitas lansia. Lansia yang sehat dan aktif dapat mendukung kemandirian hidupnya sehingga lebih produktif daripada lansia yang kurang mandiri.

Kesehatan mulut dan gigi sangat berperan pada lansia. Karena gigi dan mulut berfungsi sebagai alat mastikasi dan digesti. Biasanya lansia akan kesulitan untuk mengunyah makananya. Penyebabnya yaitu karena gigi geligi yang sudah tidak lengkap lagi dan juga air ludah yang sudah diproduksi dalam jumlah yang tidak banyak lagi. Kebersihan gigi dapat mencegah dari karies dan plak. Jika kebersihan gigi dan mulut tidak dijaga maka dapat menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut seperti atrisi, resisi gusi dan abrasi. Sehingga lansia akan kesulitan untuk mastikasi dan digesti makanan. Dan hal tersebut dapat mempengaruhi nafsu makannya dan kemudian status gizinya.


2.      Perubahan fisiologis geriatric

Semakin bartambahnya usia lansia  maka kemungkinan penurunan anatomik dan fungsional organ-organ tubuh lansia akan semakin besar. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada lansia seperti yang telah dibahas diatas. Diantara perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia yaitu perubahan komposisi tubuh berupa penurunan massa otot, bertambahnya massa lemak, berkurangnya massa cairan dll. Hal tersebut juga berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan energi pada lansia.

Selain itu fungsi organ indra yang dipunyai lansia juga mengalami kemunduran. Penglihatan dan pendengaran pada lansia yang mengalami kemunduran akan mengganggu mobilitas serta komunikasi. Pengecapan dan penciumun juga berpengaruh terhadap penambah nafsu makan pada lansia.

Perubahan fisiologis pada gigi dan mulut lansia mempengaruhi nafsu makan secara langsung maupun tidak. Biasanya lansia yang tidak mempunyai gigi lengkap akan kesulitan mengunyah dan menjadi tidak nafsu makan. Selain itu kelenjar saliva yang diproduksi lansia akan menurun dan membuat lansia kesulitan untuk mengunyah dan menelan makanan. Jika masalah tersebut tidak diberi perhatian, maka dapat menimbulkan masalah gizi lansia tersebut.

3.      Keadaan ginjal dan saluran pencernaan geriatric

Perubahan fisiologi pada ginjal mempengaruhi fungsi ginjal bagi tubuh. Diantarnya yaitu:perubahan keseimbangan asam-basa, perubahan regulasi cairan tubuh dan perubahan tekanan darah. Diantara penyebabnya yaitu karena lansia terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan yang dibutuhkan oleh lansia menghadapi kondisi kesehatan tuanya.

Perubahan pada sesofagus lansia mengalami kemunduran  reflek untuk gerak peristaltik sehingga mengganggu proses menelan makanan pada lansia. Sedangkan pada gastrointestinal, motilitas lambung dan pengosongan lambung akan menurun karena seiring dengan proses menua. Pada bagian usus mengalami gangguan motilitas sehingga kebanyakan lansia mengalami konstipasi.

4.      Masalah gizi geriatric

Masalah gizi pada lansia disebabkan oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut seperti yang telah disebutkan diatas karena saling berkaitan dengan masalah gizi.  Status kesehatan juga dapat menentukan status gizi jika lansia tersebut sehat dan kebutuhan gizinya tercukupi dengan baik, maka kemungkinan untuk malnutrisi juga kecil. Perubahan fisiologi pada lansia banyak mempengaruhi status gizi lansia dikarenakan organ-organ yang cukup vital untuk metabolisme dan pencernaan serta mobilitas terganggu sehingga jika tidak diperhatikan dengan baik maka lansia rentan kemungkinan untuk malnutrisi.

C.    PERAWATAN DAN INTERVENSI GERIATRIC

1.      Dukungan gizi

Dukungan gizi pada lansia berfungsi untuk membantu mengadaptasikan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dan memperbaiki kerusakan sel sehingga  dapat memperpanjang usia lansia. Dukungan gizi lansia tersebut berupa pemenuhankebutuhan energi dan kebutuhan gizi lansia.jika didapati permasalahan gizi pada lansia maka dilakukan screening dan assessment yang bertujuan untuk minimal menjaga pemenuhan kebutuhan basal  agar tidak mengalami malnutrisi yang lebih serius.

Dukungan nutrisi tersebut dilakukan dengan cara screening -> penilaian -> asuhan gizi -> pemberian diet ( oral/enteral/parenteral) -> monitoring dan evaluasi hasil.

2.      Aktifitas dan olahraga

Dengan melakukan aktifitas fisik dan berolahraga, manfaat yang diperoleh lansia diantaranya yaitu untuk:
a)      Kardiovaskular.
b)      Tulang
c)      Massa otot
d)      Saraf
e)      Kebugaran

Namun, aktifitas fisik dan olahraga untuk lansia diberi frekuensi yang konsisten dan dibatasi agar tidak terlalu lelah sehingga  aktifitas yang bertujuan untuk menjaga kesehatan lansia menjadi optimal.

Perubahan Fisiologi pada Saluran Pencernaan Lansia



1.                  Gigi dan mulut

Gigi merupakan unsur penting untuk pencapaian derajat kesehatan dan gizi yang baik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai perubahan pada gingiva anak-anak. Setelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah karena pemakaian atau aberasi dan kemudian tanggal digantikan gigi permanen. Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, berwarna lebih gelap, dan bahkan sebagian gigi telah tanggal (Arisman,2004)

Dengan hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal dapat mencapai 300 poinds per square inch dapat mencapai 50 pound per square inch. Selain itu, terjadinya atropi gingiva dan procesus alveolaris yang menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan rasa sakit semakin memperparah penurunan daya kunyah. Pada lansia saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan mempengaruhi kesehatan umum (Darmojo,2010).

Gangguan rasa pengecap pada proses penuaan terjadi karena pertambahan umur berkorelasi negatif dengan jumlah ’taste buds’ atau tunas pengecap pada lidah. Cherie Long (1986) dan Ruslijanto (1996) dalam Darmojo (2010)  menyatakan 80% tunas pengecap hilang pada usia 80 tahun. Wanita pasca monopause cenderung berkurang kemampuan merasakan manis dan asin. Keadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan  mengalami pemurunan nafsu makan dan asupan makanan.Gangguan rasa pengecap juga merupakan manifestasi penyakit sistemik pada lansia disebabkan  kandidiasis mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi seng  
                                                                                
2.                  Esofagus

Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makan dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut (Guyton&Hall,2004). Pada manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitif dengan adanya makanan. Hal ini menyebabkankemampuan peristaltik esofagus mendorong makanan ke lambung menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat (Darmojo,2010)

3.                  Lambung

Motilitas lambung dan pengosongan lambung menurun seiring dengan meningkatnya usia. Lapisan lambung lansia menipis. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang. Akibatnya penyerapan vitamin dan zat besi berkurang sehingga berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia pada lansia.

4.                  Usus

Berat total usus halus (di atas usia 40 tahun) berkurang, namun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecualikalsium dan zat besi (di atas usia 60 tahun). Di usus halus juga ditemukan adanya kolonisasi bakteri pada lansia dengan gastritis atrofi yang dapat menghambat penyerapan vitamin B. Selain itu, motilititas usus halus dan usus besar terganggu sehingga menyebabkan konstipasi sering terjadi pada lansia (Setiati,2000).

5.                  Rektum dan anus

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Hal inilah yang sering terjadi pada lansia.


                                                          

Sumber:
       
Arisman . (2004). Gizi dalam ddaur Kehidupan.Editor, Palupi Widyastuti. EGC : Jakarta.

                        Darmojo,B. (2010). Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-4. Balai Penerbit FK UI: Jakarta.


            Setiati, S. (2000). Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang Usia lanjut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.